Review Film Mencari Hilal


Sangat menarik mengikuti alur ceritanya yang sangat kuat hingga tanpa sadar para pemainnya memberi saya ruang untuk tertawa tanpa adanya kelucuan yang dibuat-buat. Film Mencari Hilal tayang serempak di bioskop tanah air tanggal 15 Juli 2015. Berikut review singkatnya.


Meski film ini bergenre religi, mau tidak mau saya harus katakan film ini membuat penontonnya sangat terhibur dibalik keras kepalanya dua aktor yang bermain. Bahkan, film ini juga menaruh teks bahasa Inggris sebagai subtitlenya.


Durasinya pendek, hanya sekitar 93 menit. Hari kedua saat menonton film ini jumlah penontonnya tidak banyak. Maklum saja, animonya sudah diambil film Comic 8 yang berbarengan tayang perdananya hari rabu.




Konflik


Secara garis besar film ini mengangkat konflik anak dan ayah. Sang Ayah yang agama islamnya kuat harus menghadapi anaknya yang tidak senang lagi dengan Ayahnya.


Tekanan demi tekanan menjadi menu sendiri menurut saya meski beberapa bumbu disuguhi untuk mengenakkan sisi lain dari sutradara film Ismail Basbeth.


Konflik yang juga diangkat dan memberi pesan tersirat adalah bagaimana berdagang sambil berdakwah. Pasar tradisional menjadi latar setting film ini. Yang paling frontal adalah pelarangan ibadah dari ormas. Meski begitu, konflik pertengkaran tidak begitu diperlihatkan.


Alur cerita kuat


Sang ayah mau mencari hilal karena rasa resahnya terhadap perkembangan yang terjadi saat ini. Karena sudah begitu termotivasinya untuk mencari lokasi Hilal, Deddy Sutomo yang berperan sebagai Ayah harus pergi dari rumahnya.


Ditemani Oka Antara yang menjadi anak yang sebenarnya terpaksa harus menemani karena ingin dibuatkan paspor, maka perjalanan kedua orang ini seperti film petualangan. Pada akhirnya film ini benar-benar bertemu dengan tujuan yang mereka cari.


Pemandangan dan sisi budaya



Gambar diatas adalah salah satu pemandangan yang diambil untuk memberikan gambaran perjalanan mereka berdua. Sangat indah, entah itu berada dimana.


Selain itu, perayaan malam takbiran di sebuah desa dengan arak-arakan menjadi nilai budaya tersendiri untuk membuat penonton mengetahui bahwa ada lho seperti ini di negeri kita.



...


Film ini sebenarnya sangat menarik dan memiliki kelebihan di ceritanya yang sangat kuat. Sayangnya, waktu penayangannya berbarengan dengan film Comic 8 yang dari segmentasi penonton tentu sangat kalah telak.


Apalagi film ini menurut saya segmentasi umur penonton lebih ke (minimal mahasiswa) dewasa. Bukan remaja (SMP - SMA) yang saat ini sedang naik daun untuk urusan jumlah penonton. Nilai damai yang dimasukkan lewat film ini tentang agama pun sebenarnya masuk tapi porsinya tidak besar.




Meski begitu, momen hari raya dan masih nuansa lebaran menjadi nilai tersendiri. Saya berharap film ini dapat bertahan 2 minggu lebih.  Rekomendasi banget pokoknya film ini menemani libur hari raya. Ajak keluarga biar tambah seru.


by @asmarie_
Gambar : youtube


Artikel lain yang berhubungan :






Informasi Pemasangan Iklan

Hubungi @dotsemarang
Email : dotsemarang [@] gmail.com

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?

Kenapa Paket Xtra Combo Flex Tidak Ada di Aplikasi MyXL ?