Selfie, Tren Pendongkrak Industri


Selfie atau bahasa Indonesianya foto narsis atau juga swafoto, benar-benar sangat menarik saat ini. Artikel berikut ini kami bawa ke sini dengan harapan bahwa selfie yang menjadi tren bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal, termasuk dalam dunia industri.

Kami harus infokan dari awal bahwa artikel ini agak berat dari artikel biasanya yang kami posting. Ya, ini adalah artikel dari situs marketing.co.id yang dipublish tanggal 2 Oktober 2017. Artikel aslinya yang ditulis Ivan Mulyadi ini, bisa dibuka di bagian bawah keseluruhan artikel ini.

Suatu aktivitas yang sering terjadi dan dilakukan oleh banyak orang sering kali menjadi sebuah tren. Tren yang meluas dan bertahan lama bisa memengaruhi suatu industri atau pasar. Tak heran jika merek gemar memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari suatu tren.

Terlepas dari berbagai pendapat orang mengenai aktivitas ini, kenyataannya selfie sudah menjadi tren yang cukup mendunia. Selfie dilakukan oleh berbagai macam orang di segala penjuru dunia dalam berbagai acara, aktivitas, atau event. 

Bahkan kata selfie sendiri sudah dimasukkan ke dalam kamus resmi Oxford sejak beberapa tahun lalu. Tren ini sudah menjadi bagian dari tren sosial dalam era yang sarat teknologi digital dan mobile seperti sekarang.

Tren Selfie Dimanfaatkan Pemasar

Tren Selfie Dimanfaatkan PemasarGenerasi Y dan Z terutama, tampak sangat terobsesi pada aktivitas selfie. Sangat mudah untuk mencap orang yang terlalu sering melakukan selfie sebagai orang dengan kadar narsisisme terlalu tinggi. 

Walau demikian, kenyataannya hobi ini banyak menular juga ke orang lain. Bahkan banyak merek dan perusahaan kini memanfaatkan hobi selfie ke dalam aktivitas pemasarannya. Fenomena selfie telah menjadi bagian dari kampanye marketing berbagai perusahaan.

Industri apps dan media sosial menjadi salah satu industri yang sangat merasakan pengaruh tren selfie. Saat ini saja, Instagram sudah melejit menjadi apps dengan lebih dari 400 juta pengguna, dan menjadi salah satu platform “pelampiasan” untuk para pehobi selfie.

Instagram terlihat fokus untuk menjadi media yang tak hanya menampilkan foto, tapi juga perlahan menjadi one-stop–apps untuk mengedit atau memperindah foto. Lebih dari 270 juta posting di Instagram diberi hashtag—tagar—#selfie oleh penggunanya, plus berbagai variasi lain seperti #selfietime, #selfiemonday, #selfiequeen, dan lainnya.

Dalam industri budaya pop misalnya, walaupun selfie sendiri bukanlah budaya pop, tren ini mampu mendongkrak berbagai aktivitas dalam industri budaya pop. 

Disney yang sangat terkenal dengan kreativitasnya memanfaatkan momen tren selfie dengan mengadakan event selfie dengan tagar #ShareYourEars. Tentu kita tahu telinga yang dimaksud di sini adalah telinga tokoh Disney yang paling populer, yaitu si Mickey Mouse.

Untuk merayakan ulang tahun Disney yang ke-60, perusahaan mengundang para fans Disney dan taman hiburannya untuk ikut serta menggalang dana bagi Yayasan Make-A-Wish. Kampanye tersebut menyumbangkan US$5 untuk setiap posting yang dilakukan para fans melalui Facebook, Instagram, dan Twitter.

Para fans dengan antusias menghiasi kepala mereka dengan telinga bulat besar Mickey Mouse dan meunggah foto selfie mereka dengan #ShareYourEars. Donasi yang diharapkan hanya US$1 juta ternyata bisa dinaikkan menjadi US$2 juta, karena target pertama sudah tercapai.

Selain mengapitalisasi karakter utamanya tersebut, Disney juga berhasil menanamkan awareness dan image lebih dalam akan memori indah masa kanak-kanak bersama Mickey Mouse dan teman-teman lain. Kesenangan dan antusias ini menular sampai mendongkrak penjualan tiket taman hiburan dan event-event lain yang diadakan Disney.

Toyota juga tak ketinggalan meluncurkan event yang memanfaatkan selfie berupa kampanye #selfLESSie, yang bertujuan mengumpulkan dana sebanyak US$250 ribu untuk Boys & Girls Clubs of America. 

Untuk setiap selfie yang di-posting dengan tagar #selfLESSie, Toyota menyumbangkan U$S50 untuk klub tersebut. Kampanye marketing yang mengandalkan tren selfie ini cukup dipromosikan lewat para dealer, distributor, dan media sosial. Hanya enam hari setelah diumumkan, target yang diharapkan dari kampanye #selfLESSie sudah berhasil dicapai.

Berbagai merek teknologi, terutama smartphone atau kamera, turut gencar mengeluarkan produk yang bisa mendukung aktivitas selfie. Kini banyak smartphone dilengkapi kamera depan yang canggih dan beresolusi tinggi. 

Smartphone merek Oppo, Vivo, dan lainnya, memasukkan berbagai fitur kamera guna memudahkan pengguna yang hendak melakukan selfie. Berbagai promosi dan pesan iklan mereka pun banyak yang menyertakan aktivitas selfie di dalamnya.

Cocok untuk Pemasaran Era Digital

Tren selfie dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, misalnya meningkatkan awareness, membentuk image tertentu yang diinginkan merek, menggalang dana atau donasi secara cepat, serta memberikan experience yang unik agar konsumen bisa lebih terlibat dengan suatu merek.

Ini karena antusiasme yang ditimbulkan dari aktivitas selfie mudah menular dan mampu memberi efek berlipat seiring waktu (snowball). 

Media yang dimanfaatkan kebanyakan adalah media yang sifatnya sangat murah dan mudah dijangkau oleh semua konsumen. Selfie pun sangat mudah dan bisa dikerjakan dengan berbagai kreativitas, plus tidak memerlukan waktu lama untuk melakukannya.

Dengan demikian merek atau perusahaan bisa mencapai sesuatu yang tidak bisa dicapai aktivitas pemasaran tradisional—yang kebanyakan berlangsung hanya satu arah, yaitu percakapan antara merek dan pelanggannya dalam waktu real–time. 

Interaksi semacam ini tentu sangat berharga. Selain itu, merek dan perusahaan bisa mengukur hasil yang dicapai, memonitor feedback yang didapat dari pelanggan, dan berinteraksi langsung dengan mereka.

Aktivitas selfie, meski dilakukan hanya melalui media sosial, billboard, televisi, atau media lain, tetap mampu menciptakan hubungan emosional antara merek dan pelanggan. Merek bisa mendorong pengguna untuk berpartisipasi bukan hanya lewat promo, tapi juga lewat aktivitas word of mouth yang dilakukan oleh konsumen sendiri. 

Untuk hasil terbaik, merek diharapkan tetap bisa kreatif dan fleksibel mengikuti preferensi konsumen, dan tak hanya memikirkan untuk meraup ROI sebanyak mungkin.

Berbagai strategi bisa ditempuh merek agar bisa mengapitalisasi hasil dan popularitas maksimal dari tren selfie, seperti misalnya:
  • Mengadakan kontes yang bisa mendorong fans melakukan selfie berkaitan dengan produk atau layanan perusahaan. Jangan hanya mendorong mereka untuk mem-posting foto selfie, tapi dorong juga untuk membaginya ke semua teman atau kerabat.
  • Ingatkan konsumen dan perusahaan dengan tagar yang keren. Jangan remehkan kekuatan tagar. Buzz, efek bola salju, serta awareness yang bisa dihasilkan bisa jadi sangat tergantung pada tagar yang digunakan.
  • Perusahaan atau merek bahkan bisa menciptakan apps sendiri untuk keperluan kampanye yang melibatkan tren selfie Apps yang diciptakan tentunya bisa memberikan experience yang fun sekaligus profitable bagi perusahaan. Di dalamnya dapat disisipkan fitur-fitur yang berguna untuk memoles foto selfie konsumen supaya bisa disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan merek. Tak hanya pelanggan akan tertarik untuk mencoba, mereka pun akan merasa dimudahkan dengan adanya fitur tersebut.
  • Tawarkan promo/benefit lainnya, seperti potongan harga atau bonus, sebagai balasan atau respons dari selfie yang sudah dilakukan.
  • Hubungkan kampanye selfie dengan isu yang sedang dialami perusahaan atau visi yang hendak dicapai. Jika ingin menaikkan awareness publik akan suatu isu tertentu, maka ini bisa dihubungkan dengan kampanye selfie
  • Libatkan tokoh terkenal yang bisa menjadi panutan atau memberikan pengaruh positif kepada merek. Hati-hati dalam menentukan influencer, karena jika salah pilih malah bisa menjadi bumerang bagi image Sebagai salah satu reward bagi pelanggan, bisa juga diselipkan momen selfie pemenang bersama si influencer.
Tentu masih banyak lagi kreativitas dapat dimasukkan ke dalam strategi pemasaran yang melibatkan tren selfie. Dengan saling berbagi foto, merek beserta konsumen bisa saling terhubung dan menyatakan identitasnya. 

Mereka juga bisa lebih mengenal satu sama lain. Lewat foto, merek maupun konsumen bisa sama-sama berkomunikasi secara lebih personal dan lebih melibatkan unsur “human”. Jadi, tertarik untuk menjajal kampanye pemasaran dengan selfie?

Original link klik di sini.
...

Konten yang kami publish ini sangat menarik menurut kami, terutama konten ini berhubungan dengan kategori marketing yang terus kami update di blog dotsemarang. Kami masih belajar untuk terus mengembangkan konten seperti ini.

Dalam perjalananan mencari artikel ini yang awalnya kami melihat di majalah Marketing (sudah mulai jarang membeli rutin), kami mendapatkan satu artikel baru lagi tentang selfie. Tidak baru-baru amat, sih. Kami harap segera bisa membawanya juga ke halaman blog dotsemarang. Isinya tentang perjalanan selfie itu sendiri atau sejarahnya. *Ditunggu saja.

Artikel terkait :
Informasi Kerjasama
Hubungi lewat email dotsemarang@gmail.com
Atau klik DI SINI untuk detail lebih lengkap

Comments

Popular posts from this blog

Sego Bancakan Pawone Simbah, Tempat Makan Baru di Kota Lama Semarang

Berapa Tarif Parkir Inap di Bandara Ahmad Yani Semarang Tahun 2022?

Review : Gunakan Layanan Maxim Life Massage & SPA

Parkir di DP Mall Kini Hanya Melayani Pembayaran Non Tunai

Apakah Shopee Video Bisa Unggah Video dari Komputer?